Puasa Ramadan sebagai Implementasi Peningkatan Kualitas Diri

puasa
IRJEN POL TEDDY MINAHASA PUTRA

PUASA atau dalam bahasa Arab disebut shaum atau shiyam yang berarti menahan diri, pada dasarnya pengertian tersebut bersifat universal. Saudara-saudara kita yang beragama lain dan bahkan penganut kepercayaan sekalipun mereka juga melaksanakan ibadah puasa.

Puasa Ramadan adalah puasa yabg diperintahkan Allah SWT sebagaimana yang dinyatakan dalam firmannya Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya, “Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Untuk melaksanakan puasa Ramadan, banyak syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi, termasuk reward (pahala) dan punishment (dosa) bagi mereka yang melaksanakan dan meninggalkannya. Puasa harus dimulai dengan niat yang ikhlas dengan tujuan untuk melaksanakan shaum dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Ketentuan-ketentuan Allah SWT mengenai puasa Ramadan yang demikian sempurna mengisyaratkan kemuliaan dan pentingnya puasa bagi orang beriman, dengan tujuan agar kita menjadi orang yang bertakwa dan diantarkan kepada fitri.

Dengan demikian, puasa Ramadan memiliki makna ketaatan makhluk kepada penciptanya, karena dengan berbagai persyaratan yang telah ditentukan dengan ikhlas kita tetap melaksanakannya dan sekaligus menjadi media untuk meningkatkan kualitas diri, introspeksi diri, dan pengawasan terhadap suatu tindakan kemungkaran agar kita kembali kepada tuntutan yang telah disyariatkan sesuai Al-Qur’an dan Sunnah.

Pembentukan jati diri dalam ibadah puasa merupakan aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan seorang mukmin. Karena dengan adanya jati diri tersebut menjadi lebih istiqomah, teguh pendirian, berdikari, saling memberi dan menerima, memupuk jiwa kebersamaan, serta mampu menghargai orang lain dalam berbuat dan bekerja.

Kehidupan dunia hanya sesaat dan sementara (innalhayataddunya la’ibuw walahwu). Untuk itu, perlu adanya keseimbangan dalam berbuat dan beribadah. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang mana artinya, “Berusaha dan bekerjalah kamu untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya. Beramal dan beribadahlah kamu sebanyak-banyaknya seakan-akan kamu akan mati esok hari.”

Pada kesempatan ini, Kapolda Sumatra Barat memberikan himbauan dan mengajak seluruh elemen masyarakat agar senantiasa menjaga harkamtibmas dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi kamtibmas yang aman damai dan kondusif.

Kemudian, meningkatkan kerjasama dengan tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat sehingga masyarakat Minangkabau yang memikiki filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), benar-benar terwujud dan menjadikan Sumbar sebagai daerah yang Baldatun Toyyiban Warabbun Gaffur, serta dapat menjaga kebersamaan, kekompakan, hubungan silaturahmi, serta tidak mudah terpancing isu-isu negatif dan hoaks. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *