Opini  

Puasa itu Menahan Diri

Puasa
Zahirman, S.Sos, MM, Kadis Kominfo Padang Pariaman

Zahirman, S.Sos, MM

Kadis Kominfo Padang Pariaman

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الظَّمَأُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ

Artinya :”Betapa banyak orang yang shaum, tidaklah memperoleh  apa-apa baginya dari shaumnya selain lapar, dan betapa banyak orang yang mendirikan shalat, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari shalatnya kecuali lelah”. (H.R.. Ad-Darimi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1- Bagi umat Islam datangnya bulan ramadhan merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan. Karena dari 12 bulan yang ada, hanya di bulan Ramadhan ini umat Islam bisa mendapatkan pahala yang berlipat. Namun sangat disayangkan jika kita tak mampu meraup keuntungan di bulan suci ini. Justru kerugian yang didapatkan. Lalu apa sebabnya?

2- Ada perilaku yang membatalkan pahala puasa tapi tidak membatalkan puasanya (Ghibah, Hoax, berdusta, memandang sesuatu dengan syahwat/birahi, sumpah PHP, berkata kotor, dan lain-lain). Yang pastinya diera sekarang ini sadar atau tidak sadar kita sering melakukannya. Eman-eman tho?.

3- Untuk itu, marilah disepuluh yang kedua puasa ramadhan ini, kita perketat penjagaan pribadi kita dari perkataan dan perbuatan dosa, yang hanya akan merusak nilai ibadah puasa.

4- Jika ini bisa kita lakukan, puasa dengan penuh keimanan dan kesadaran, insyaAllah dari ibadah puasa ramadhan ini dapat menjadikan penghapus dosa-dosa yang lalu dan menjadikan kita orang-orang yang taqwa.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur’an :

– Puncak daripada tujuan disyariatkan puasa dan bentuk puasa yang diinginkan oleh Allah ‘azza wa jalla, supaya menjadi orang yang taqwa artinya untuk tidak berbuat maksiyat. Puasa mampu membendung finah syahwat entah itu fitnah syahwat butun atau faroj. Semua kemaksiyatan sumbernya dari syahwat itu. Maka orang berpuasalah tidak bisa meninggal kan maksiyat ia hanya mendapatkan lapar dan dahaga

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi insan yang bertakwa” (QS. Al- Baqarah: 183).

Balasan (nikmat) Orang yang Berpuasa

عن أبي هريرة رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُ بِهِمَا فَرْحَةٌ عِنْدَ إفْطَارِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ}.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, bersabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Nabi saw. bersabda, “Bagi orang yang berpuasa itu dua kebahagiaan, ia berbahagia ketika berbukanya dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya.” Hadis ini sama dengan hadis sebelumnya yang merupakan penggalan hadis yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah. Hanya saja, imam As-Suyuthi menyebutkannya dengan riwayat bilmakna.

Pelajaran yang terdapat didalam hadist:

1- Bahwa maksud kebahagiaan orang yang berpuasa saat berbuka adalah dengan hilangnya rasa lapar dan dahaga ketika diperbolehkan baginya berbuka.

2- Dikatakan pula bahwa kebahagiaannya saat berbuka adalah ia telah menyempurnakan puasanya, menyelesaikan ibadahnya, diringankan (untuk beribadah) dari Tuhannya, dan mendapatkan pertolongan untuk puasa yang akan datang.

3- Sementara itu, maksud dari kebahagiaan saat bertemu Tuhannya adalah ketika di hari Kiamat kelak, yakni dengan memperoleh balasan (nikmat) dan pahala atau dengan melihat wajah Tuhannya.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur’an :

– Yakni besuk di akhirat orang mukmin yang berpuasa melihat Tuhannya dengan terang-terangan

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَة

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.Kepada Tuhannyalah mereka melihat (Al-Qiyamah: 22-23). (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *